Oleh : Abi Fghi
Sesungguhnya, sebuah pemikiran itu akan berhasil di wujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. Sepertinya, ke empat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat dan amal merupakan karakter yang melekat pada diri pemuda, karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertakwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora dan dasar amal adalah kemauan yang kuat. Semua itu tidak terdapat, kecuali pada diri para pemuda. (Majmu’atur Rasail Hasa Al Banna , edisi ekslusif dua bahasa Era Intermedia).
Risalah ini memang diperuntukan secara khusus kepada para pemuda, illasy syabab. Tetapi makna yang terkadung didalamnya bukan hanya milik para pemuda. Itu milik semua, tua maupun muda. Sesuai dengan fatsum dakwah ini, hikmahnya para orang tua dan semangatnya para anak muda, hikmatusy syuyukh wa harokatusy syabab. Keduanya bisa terhimpun kepada orang tua yang memiliki kebijaksanaan, pada saat yang sama ia tetap memiliki semangat dalam berjuang. Demikian juga para pemuda, jiwa semangat dibalut dengan tetap menghormati para orang tua. Inilah adab.
‘ Sesungguhnya’, sebuah diksi atas titik tekan yang menjadi keyakinan bagi para penggiat dakwah. Bahwa frasa ‘ fikrah atau pemikiran ‘ menjadi perhatian yang serius oleh Hasan Al Banna. Karena fikrah akan menentukan perjalanan sebuah pergerakan. Perhatikanlah, pemikiran beliau melampaui zamannya, bahkan masih terus dikaji dan diperjuangkan oleh orang-orang yang sejalan dengan pemikirannya. Agar terwujud dalam kehidupan.
Fikrah adalah sebuah perenungan yang mendalam terkait sesuatu hal atau banyak hal. Kegelisahan Hasan Al Banna muda ketika negerinya dijajah, ditambah kehilangan yang begitu besar dan mendalam yang dialami dunia Islam dengan berakhirnya kekuasaan kesultana Ottoman Turki yang di hancurkan oleh Kemal At Tatruk. Pertikanan antar madzab, kebudayaan dan tradisi Islam yang sudah tergantikan, kesyirikan yang menjalar dan lain sebagainya membuat Al Banna memikirkan jalan mengembalikan kejayaan Islam yang sudah terenggut.
Mengembalikan kejayaan Islam adalah dengan menggugah kesadaran umat untuk kembali kepada asholah atau ajaran Islam yang paripurna. Itulah yang diperintahkan Allah Swt dalam Al Qur’an surat Al Baqoroh ayat 208. “ Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kedalam Islam secara menyeluruh. Dan janganlah mengikuti langkah-langkah syaithan, sesungguhnya syaithan adalam musuh yang nyata bagimu “.
Bagimana cara mewujudkan fikrah ini ? Tarbiyah menjadi kata kunci untuk melakukan perubahan atau perbaikan. Tarbiyah adalah mendidik umat dengan benar menuju kepada kebaikan. Kebaikan yang telah di syariatkan oleh Allah Swt dan di ajarkan oleh Rasulullah Saw. Perbaikan diri, perbaikan keluarga, perbaikan masyarakat, berbaikan negara dan ujungnya adalah ustadziatul ‘alamiyah. Menjadi soko gurunya peradaban.
Pertama, beliau memaparkan agar fikrah bisa berhasil diwujudkan dengan cara ‘ kuat rasa keyakinan kepadanya ‘. Sebab, bagaimana mungkin sebuah fikrah akan terwujud jikalau terdapat keraguan kepada fikrah yang di anutnya. Karenanya menyakini akan keagungan fikrah adalah sebuah keharusan. Fikrah yang di yakini adalah fikrah Islam itu sendiri. Yakin akan menghapus keraguan. Hanya orang-orang yang yakinlah, yang akan mampu menjalankan fikrah. Kuat adalah kemampuan untuk mengelola segala potensi yang telah diberikan. Potensi akal, potensi perasaan, potensi ruhiyah, potensi maliyah, potensi sumber daya baik manusia atau alam.
Setelah kuat rasa keyakinan kepada fikrah, tahapan berikutnya adalah ikhlas dalam berjuang di jalannya. Memperjuangkan fikrah dibutuhkan keikhlasan yang mendalam. Ikhlas adalah mengutamakan mencari ridho Allah Swt, bukan keridhoan manusia. Maka, naif jika sebuah fikrah diperjuangkan tetapi mengharapkan sanjungan dari manusia. Ajrii minallah, yang membayar pahalaku adalah Allah. Dan jalan untuk memperjuangkan fikrah ini adalah jalan panjang. Ia dibutuhkan mujahadah. Kesungguhan. Tanpa kesungguhan fikrah tak akan sampai kepada apa yang di cita-citakan. Waman jahada, jahada liinafsihi.
Selanjutnya adalah semakin bersemangat merealisasikannya. Sebagus apapun sebuah konsepsi, jika dibiarkan dan diabaikan sebagai sebuah catatan dan keinginan, tanpa ada semangat untuk diwujudkan dalam kerja dan amal, akan sia-sia saja. Hasan Al Bana memotifasi kepada orang yang sejalan dengan pemikiannya untuk bersemangat merealisasikannya. Setelah rukun al fahm, adalah al ‘amal. Iman adalah gabungan dari menyatakan dengan lisan, menyakini dengan hati dan melakukan dengan amal atau perbuatan. Iman itu menggerakkan. Maka, bawalah fikrah Islam kedalam kehidupan. Kedalam pekerjaan. Kedalam negara. Kedalam pemerintahan. Kedalam kebijakan. Kedalam ekonomi. Kedalam rumah tangga. Kedalam masyarakat. Kedalam peradilan. Kedalam ilmu. Kedalam pengetahuan. Kedalam pendidikan, dan seluruh sendi kehidupan. Karena Islam adalah solusi. Al Islam hual hal.
Kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya. Inilah langkah ke empat yang dianjurkan oleh Al Banna. Tidak ada amal tanpa pengorbanan. Tidak ada keinginan tanpa realisasi. Tidak ada cinta tanpa perjuangan. Yang diminta dari fikrah ini adalah pengorbanan. Pengorbanan adalah jalan untuk mendekatkan kepada apa yang di citakan. Rasulullah mencontohkan kepada kita. Untuk mewujudkan tegaknya kalimat Allah, mengorbankan apa yang dimilikinya. Hartanya, waktunya, pikirannya, perasaanya, keluarganya. Walau kita sadari, jauh dari perilaku beliau. Maka kesiapan adalah kata pembukanya. Niat awalnya. Kesiapan adalah menata jiwa, menata hati. Memperbaiki pikiran. Mempertajam kemauan. Mengalahkan udzur. Menanggalkan ego. Apabila kita sudah memenangkan pertarungan di alam jiwa, insya Allah bi idzinillah, kita bisa memenangkan pertempuran di alam nyata.
Ke empat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat dan amal adalah kata kuncinya. Perpaduan yang sangat kuat dan tangguh serta indah agar fikrah yang diperjungan bisa diwujudkan dalam kehidupan. Tanpa ke empat hal diatas, rasanya berat memperjuangkan fikrah. Empat hal ini merupakan takaran faktor kesuksesan fikrah. Ia adalah timbangan. Karena ia adalah asas atau pondasi. Pemuda dan para orang yang berjiwa muda, mestilah menuju ke timbangan tersebut. Kenapa ?
Karena sesunggunhya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala. Ketika iman sudah bersemayam dalam jiwa, ketika iman sudah bergerak dari makna retoris ke makna esensial, maka nurani orang-orang beriman akan bergelora. Akan menyala. Ia akan menjadi pelita, akan menjadi cahaya. “ Alif lam ra (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepaadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, yaitu menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa, Maha Terpuji “ QS. 14:1
Inilah tujuan fikrah yang kita perjuangkan dan kita tawarkan kepada manusia. Dengan landasan Al Qur’anul karim dan as sunah shohihah, kita seru, kita ajak, kita angkat, kita entaskan. Agar manusia terbebas dari penghambaan kepada sesama manusia. Agar manusia menuju cahaya terang benderang, agar manusia meniti jalan yang luru yaitu cahaya dan jalan Illahi.
Dasar keikhlasan adalah hati yang bertakwa. Hati yang selalu terpaut dengan Allah, hati yang mengharapkan perjumpaan. Hati yang selalu ingat akan kebesaranNya. Hati yang selalu dalam kesabaran membersamai fikrah mulia ini. Allah Swt mengingatkan, “ Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharapkan keridhoan Nya, dan janganlah kedua matamu perpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia. Dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaanya sudah melampaui batas “ QS. 18:28
Dasar semangat adalah perasaan yang menggelora. Semangat memperjuangkan fikrah, haruslah dibarengi dengan perasaan yang menggelora. Perasaan adalah sesuatu yang diinginkan dan di tumbuhkan dalam hati, agar memperjuangkan kebaikan. Semangatnya menggelora dimulai dengan menjadikan tarbiyah adalah bagian hidup, yang akan menghidupkan kita.
Dasar amal adalah kemauan yang kuat. Komitmen. Kemauan yang kuat untuk memperjuangkan, untuk menyuarakan apa yang di yakini. Tetap berpegang teguh. Dengan komimen dan tsabat, Allah menjanjikan tidak akan khawatir dan tidak akan bersedih hati di jalan dakwah. “ Sesunggunghya orang-orang yang berkata ‘Tuhan kami adalah Allah’, kemudian mereka tetap istiqomah, tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak pula bersedih hati “. QS. 46:13. Dan keyakinan kita, fikrah ini adalah fikrah yang benar. Maka, berkelanjutan dari satu amal ke amal yang lain. Dari tahapan yang satu ke tahapan berikutnya. Faidzaa faroghta fanshob, wa ilaa robbika farghob.
===============
Sayidul ayyam, Jum’at 4 Sya’ban 1439 H / 20 April 2018 , Brage Petroleum Excelsiour, Rihlah Dakwah off shore BDI Cnooc – IZI, CBU Laut Sumatera Selatan.
Komentar
Posting Komentar