Oleh : Abi Fghi
#1. Rasanya tak pantas saya menuntut hak kepada tarbiyah. Karena kita diajarkan untuk memberi, bukan menuntut. Seperti ungkapan ust. Rahmat Abdullah (semoga Allah merahmatinya, aamiin), ‘ tarbiyah akan meninta segalanya darimu’.
#2. Sepanjang perjalanan tarbiyah yang membersamai saya, banyak hal yang didapat. Sudah dihitung, tapi saya tak mampu menghitungnya. Banyak yang didapat.
#3. Tarbiyah mengajarkan bagaimana saya bersikap, bila rasa-rasa negatif mulai menghampiri. Menghampiri pikiran, menghampiri perasaan, menghampiri perilaku tarbiyah.
#4. Hampir iri itu wajar, tapi menuruti iri terus saya kira adalah ketidak wajaran. Perihal materi ‘adamul hiqdi wal hasad sudah didapat. Yang susah bagi saya adalah mengejawantahkan dalam suluk dan adab.
#5. Terlalu banyak menuntut, berujung kekecewaan, kecewa terhadap tarbiyah, kecewa kepada qiyadah, kecewa kepada saudara, kecewa kepada putusan dan kecewa-kecewa yang lain.
#6. Tak pantas saya menuntut, karena kontribusi masih minim. Kontribusi kehadiran pekanan saja masih kekurang. Ada saja kolom izin yang tertanda. Belum kalau lagi ngga mood, malas. Tak berkabar.
#7. Kontribusi dakwah apalagi, belum punya binaan, dan tak-tak yang lain. Belum bisa dibilang, disebut, dihitung, apalagi dipajang. Untuk bahan pertimbangan tuntutan.
#8. Tak pantas saya menuntut, di majelis pekanan jadi binaan biasa, urun rembug minim. Lebih senang jadi pendengar. Jarang memberi solusi. Alhamdulillah nya, tak banyak memberi masalah.
#9. Tak pantas saya menuntut, ditingkat ranting seperti ungkapan, ‘ ada tak menambah, tak ada tak mengurang’. Asyik dengan jadwal pribadi. Afwan akhi ana… kalimat elakanku. Ketika teman membahas proyek dakwah, tak ikut serta, tak ambil peran.
#10. Tak pantas saya menuntut, ditingkat yang lebih atas….jangan ditanya.
#11. Tak pantas saya menuntut, dilingkungan tempat tinggal, saya belum mencerminkan bagian dari unsur perubah, anashir taghyir. Merubah diri untuk bersosialita saja belum bisa utuh. Kumpul dengan warga pun jarang. Padahal saya tahu, muslim yang berkumpul dengan orang lain, lalu kena kotoran itu baik, dari pada mengasingkan diri.
#12. Tak pantas saya menuntut, karena saya sadar ini bukanlah perilaku tarbiyah. Saudaraku… do’akan saudaramu ini untuk berbenah dan berubah. Bayangkan wajahku di setiap do’a rabithohmu. Agar hati ini lembut kembali.
#13. Dengan kelembutan hati, saya berharap mudah menerima kebaikan, mudah menerima penjelasan, mudah menerima keputusan, lebih mudah menuju ke pemahaman yang utuh.
#14. Tulisan ini nasihat untuk si penulis, tak ada maksud untuk menyindir siapa pun. Pengingat untuk diriku. Agar saya tak banyak menuntut. Semoga….
=======
Jl. Nusantara 15032018, dalam tunggu menjemput rizki
Komentar
Posting Komentar