Oleh : Abi Fghi
Jika ada ‘perjalanan menuju kemenangan’, tulis Wiji Aji Kusuma, izinkan menambah dalam perjalanan menuju kemenangan. Bekal kemenangan. Ini bagian yang tidak boleh dilupakan juga. Karena ketika bekal terlupakan, menjadikan perjalanan akan terhambat.
Allah swt menjadikan kalimat ‘takwa’ sebagai sebaik-baik bekal. Inilah bekalan kita untuk menyambut seruan. Maka ketika para qiyadah telah melakukan syuro’ dan hasilnya kemudian di taklimatkan. Kata yang pas untuk menerima itu adalah maka bertawakallah. Maknanya, berdo’a kepada Allah atas segala hajat yang kita inginkan, kemudian berikhtiar, berusaha. Baru serahkan segala hasilnya kepada Allah kembali. Tugas kita adalah berusaha.
Mentadaburi surat Al ‘Ashr. Yang menurut Imam Syafi’i rahimakumullah, kiranya manusia memahami makna yang terkandung pada surat ini, cukuplah Allah menurunkan surat Al ‘Ashr ini. Allah memberikan pengecualian kepada manusia, ketika kebanyakan manusia dalam kerugian. Bentuk pengecualian itu adalah bekalan kita sebagai manusia untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik penggunaan.
Kepercayaan totalitas kepada pencipta alam ini, Allah Swt. Iman, iman adalah roshidul harokah, aset pergerakan. Inilah bekal utama kita. Dengan bekal ini menjadikan kita memiliki qolbun dzakii, nurani yang menyala. Jika nurani sudah menyala dengan landasan keimanan, apapun bisa menjadi mudah dan mendapat kemudahan dari Allah. Bi indznillah.
Kerjakanlah kebaikan, beramal sholeh. Berkhidmadlah. Dengan program, dengan amal, dengan karya, dengan solusi. Yang menjadikan orang lain bisa mengambil nilai manfaat atas keberadaan kita sebagai entetitas gerakan. Dizaman Nabi Saw, tokoh memiliki nilai strategisnya sendiri. Karenanya Rasul memohon kepada Allah agar Islam dikuatkan oleh salah seorang dari dua Umar. Umar bin Hisyam atau Umar bin Khottob. Dizaman kiwari kita saat ini, memerlukan tokoh-tokoh penggerak, agar kerja-kerja kebaikan diterima oleh masyarakat.
Kader perlu bergaul. Kudu merangkul. Bisa merekatkan. Juga mengkaitkan. Agar mendapat dukungan, bahkan pilihan. Bekerjalah, niscaya Allah, Rasul dan orang-orang mukmin akan melihat hasil kerja kalian.
Saling meminta dan meberi nasehat untuk kebenaran. Budaya yang hilang dari kita ummat Islam, termasuk didalamnya kader dakwah adalah budaya meminta nasehat. Memberi nasehat itu sudah menjadi bagian kebiasaan. Namun, meminta nasehat itu jarang dilakukan. Meminta nasehat kepada orang sholeh. Pada masayaikh. Bahkan kepada teman. Para salafus sholih, meraka adalah orang-orang yang terbiasa meminta nasehat. Untuk apa, untuk kebenaran. Setiap kata haq atau kebenaran selalu menyertakan nama Allah. Agama itu nasehat. Untuk siapa, diantaranya adalah untuk para pemimpin dan orang-orang umum diantara kalian.
Nasehat untuk kesabaran. Bekerja dalam kesamaan visi dan misi diperlukan kesabaran utuh. Ada kader dengan respon lambat, ada kader dengan tanya jeli bahkan teliti ataupun sebaliknya. Goda setan sang penyesat akan selalu datang. Seruan Allah kepada orang-orang yang beriman adalah, selalu memperbaharui kesabaran. Yaa ayyuhalladziina aamanush biruu washaabiruu waroo bithuu. Kesabaran adalah pelita, jelas baginda Nabi Saw. Kesabaran bagaikan kepala atas jasad.
Inilah bagian-bagian bekal yang menjadi perhatian. Agar perjalanan menuju kemenangan menjadi sempurna. Ayo mempersiapkan diri, mumpung waktu masih luang terbentang. Ayo taati qiyadi, agar gerak makin berarti. Ayo hargai jundi, agar kerja makin ringani.
Cipayung Jaya, 12122017, “pada malam detik bermenit”.
Jika ada ‘perjalanan menuju kemenangan’, tulis Wiji Aji Kusuma, izinkan menambah dalam perjalanan menuju kemenangan. Bekal kemenangan. Ini bagian yang tidak boleh dilupakan juga. Karena ketika bekal terlupakan, menjadikan perjalanan akan terhambat.
Allah swt menjadikan kalimat ‘takwa’ sebagai sebaik-baik bekal. Inilah bekalan kita untuk menyambut seruan. Maka ketika para qiyadah telah melakukan syuro’ dan hasilnya kemudian di taklimatkan. Kata yang pas untuk menerima itu adalah maka bertawakallah. Maknanya, berdo’a kepada Allah atas segala hajat yang kita inginkan, kemudian berikhtiar, berusaha. Baru serahkan segala hasilnya kepada Allah kembali. Tugas kita adalah berusaha.
Mentadaburi surat Al ‘Ashr. Yang menurut Imam Syafi’i rahimakumullah, kiranya manusia memahami makna yang terkandung pada surat ini, cukuplah Allah menurunkan surat Al ‘Ashr ini. Allah memberikan pengecualian kepada manusia, ketika kebanyakan manusia dalam kerugian. Bentuk pengecualian itu adalah bekalan kita sebagai manusia untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik penggunaan.
Kepercayaan totalitas kepada pencipta alam ini, Allah Swt. Iman, iman adalah roshidul harokah, aset pergerakan. Inilah bekal utama kita. Dengan bekal ini menjadikan kita memiliki qolbun dzakii, nurani yang menyala. Jika nurani sudah menyala dengan landasan keimanan, apapun bisa menjadi mudah dan mendapat kemudahan dari Allah. Bi indznillah.
Kerjakanlah kebaikan, beramal sholeh. Berkhidmadlah. Dengan program, dengan amal, dengan karya, dengan solusi. Yang menjadikan orang lain bisa mengambil nilai manfaat atas keberadaan kita sebagai entetitas gerakan. Dizaman Nabi Saw, tokoh memiliki nilai strategisnya sendiri. Karenanya Rasul memohon kepada Allah agar Islam dikuatkan oleh salah seorang dari dua Umar. Umar bin Hisyam atau Umar bin Khottob. Dizaman kiwari kita saat ini, memerlukan tokoh-tokoh penggerak, agar kerja-kerja kebaikan diterima oleh masyarakat.
Kader perlu bergaul. Kudu merangkul. Bisa merekatkan. Juga mengkaitkan. Agar mendapat dukungan, bahkan pilihan. Bekerjalah, niscaya Allah, Rasul dan orang-orang mukmin akan melihat hasil kerja kalian.
Saling meminta dan meberi nasehat untuk kebenaran. Budaya yang hilang dari kita ummat Islam, termasuk didalamnya kader dakwah adalah budaya meminta nasehat. Memberi nasehat itu sudah menjadi bagian kebiasaan. Namun, meminta nasehat itu jarang dilakukan. Meminta nasehat kepada orang sholeh. Pada masayaikh. Bahkan kepada teman. Para salafus sholih, meraka adalah orang-orang yang terbiasa meminta nasehat. Untuk apa, untuk kebenaran. Setiap kata haq atau kebenaran selalu menyertakan nama Allah. Agama itu nasehat. Untuk siapa, diantaranya adalah untuk para pemimpin dan orang-orang umum diantara kalian.
Nasehat untuk kesabaran. Bekerja dalam kesamaan visi dan misi diperlukan kesabaran utuh. Ada kader dengan respon lambat, ada kader dengan tanya jeli bahkan teliti ataupun sebaliknya. Goda setan sang penyesat akan selalu datang. Seruan Allah kepada orang-orang yang beriman adalah, selalu memperbaharui kesabaran. Yaa ayyuhalladziina aamanush biruu washaabiruu waroo bithuu. Kesabaran adalah pelita, jelas baginda Nabi Saw. Kesabaran bagaikan kepala atas jasad.
Inilah bagian-bagian bekal yang menjadi perhatian. Agar perjalanan menuju kemenangan menjadi sempurna. Ayo mempersiapkan diri, mumpung waktu masih luang terbentang. Ayo taati qiyadi, agar gerak makin berarti. Ayo hargai jundi, agar kerja makin ringani.
Cipayung Jaya, 12122017, “pada malam detik bermenit”.
Komentar
Posting Komentar